Pada suatu saat,hiduplah keluarga miskin yang tinggal di pinggir hutan.Keluarga tersebut mengalami kesulitan konsumsi.Sang ayah yang mengalami sakitkeras tak dapat mancarikan uang untuk keluarganya.Karena tak punya uang ia tidak dibawa ke dokter,ia hanya dirawat oleh istrinya dan kedua anaknya.
Saat sang ayah yang semakin memburuk sang ibu pun menyuruh anaknya untuk mencari kayu bakar untuk membuat obat ayahnya.
“Hei nak,tolong carikan kayu bakar untuk ayahmu yang sakit,”kata Ibu.
“Baik bu,”jawab sang anak.Ia pun pergi mencarinya dengan kakaknya.
Kakak dan adiknya pun masuk hutan untuk mencari kayu bakar.Kemudian adik menemukan sebuah peta yang menuju ke tengah hutan,ia pun memperlihatkannya ke kakaknya.
“Kak,aku menemukan sebuah peta,mungkin ini peta harta karun,”seru adik dengan gembira.
“Apa?,kau menemukan peta?.Sini agar ku lihat.Tapi peta ini menuju tengah hutan,apakah kamu mau ke tengah hutan?”tanya kakak.
“Saya mau kak,yang penting kita dapatkan harta karun itu dulu untuk membeli obat,”jawab adik.
“Baiklah,ayo kita ikuti,”seru kakak.
Mereka pun mengikuti peta tersebut,tapi mereka lupa kalau mereka disuruh ibunya untuk mencari kayu bakar.Tak lama kemudian mereka menemukan sebuah peti yang merupakan akhir dari peta tersebut.
“Kak,itu dia harta karunnya,”kata adik
“Ya! benar itu,ayo kita buka,”sahut kakak.
Mereka membukanya dengan senang.Setelah mereka buka ternyata bukan harta,melainkan sebuah kendi kecil di dalamnya.
“Apa ini dik?,”tanya kakak.
“Mungkin ini......ah!,”adik dengan tidak sengaja memecahkan kendi tersebut.
Kemudian muncul sosok jin yang keluar dari kendi tersebut.
Sang kakakpun bertanya pada jin itu dengan ketakutan,“siapa kau ini?”
“Aku jin penuggu kendi itu,karena kalian telah membebaskanku kalian kuberi satu permintaan”jawab jin dengan nada gusar.
Mereka pun berpikir permintaan apa yang akan mereka katakan.
“Aku ingin meminta obat untuk ayahku yang sakit keras,”kata mereka dengan bersamaan.
“Baiklah,ini ambillah”jawab jin.
“Terima kasih jin”jawab mereka dengan senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar